Cerpen : Di Balik Musuh



Di Balik Musuh
OLEH: Nurul Isnaini
                 Pagi pun tiba, sinarnya sampai masuk ke kamarku hingga aku terbangun. Di pagi ini ku sambut harku dengan lembaran baru. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.25 WIB. Berart aku harus super ngebut untuk sampai ke sekolah.
                “Huft... akhirnya sampai juga” gumamku. Aku pun bergegas memarkir sepedahku di sela-sela sepedah karena lokasi parkir penuh. Setelah itu aku pergi ke kelas. Ketika itu aku tidak sengaja menyenggol sepedah hingga ambruk. Sepedah tersebut ambruk mengenai sepedah lainya, hingga hampir semua sepedah ambruk.
 “Haduh gimana ini?” gumamku dengan gelisah. Aku tidak menghiraukanya, yang penting aku sampai di kelas dan tidak ketahuan Pak Jukir     ( satpam sekolah).
Sampai di kelas aku berkata,
 “Alhamdulillah... akhirnya sampai juga di kelas, meskipun tadarusnya sudah selesai... dari pada terlambat, bisa kena semprot aku sama Pak Jukir”. Hari ini rasanya sangat cepat. Tak terasa bel pulang berbunyi. Aku sudah tidak sabar mengikuti ekstrakulikuler pramuka. Aku segera mengajak teman-temanku untuk pergi ke baskara. Aku senang mengikuti ekstra ini karena sda salah satu laki-laki yang pinter dan ganteng dan aku suka sama dia. Namanya Dani, sayangnya dia orangnya cuek. Kemudian ada salah satu temanku laki-laki yang dulunya adalah teman masa kecilku. Namanya Tejo, dia selalu berusaha merusak setiap rencanaku.  Saat itu aku kakak pembina memberi tugas lomba membuat tenda. Ketika itu aku satu kelompok dengan Dani. Senang rasanya bisa satu kelompok dengan Dani. Selesai membuat tenda aku beristirahat. Aku ingin mengajak ngobrol dengan Dani.
“ Gimana??? Capek ya??” tanyaku.
“ Biasa saja” jawab dia denga cuek. Tiba-tiba Tejo datang,
“Hahaha, tendaku jelas lebih bagus dari pada kalian. Udah deh g usah berharap kalian bisa menang” ejek Tejo.
Mendengar kata-kata tersebut, tiba-tiba Dani pergi. Aku tidak tahu Dani pergi entah kemana. Mungkin dia marah karna Tejo mengejek tendanya. Aku juga mulai kesal dengan Tejo.
“ Kenapa sih kamu? Ganggu aja, kamu iri ya???”
“ Ya nggak lah... kan kenyataannya emang gitu” jawab Tejo dengan ekspresi mengejek. Aku pergi dan tidak ingin meneruskanya lagi. Dia sudah membuat kesal Dani dan hatiku.
Keesokan harinya Tejo menghampiri ke kelasku. Dia ingin menyampaikan sesuatu kepadaku.
“Opi!!!!” triak Tejo memanggilku.
“ Ada apa??? G usah triak-triak kalee, bikin malu saja”
“ Hehe, oh iya nanti jangan lupa pulang sekolah kumpul di baskara, nanti pemenang lomba diumumkan”.
“ Iya, aku sudah tau!”
“ Ada yang ingin aku katakan”
“ Apa? Gak kayak biasanya”
“ Kamu jangan deket-deket dengan Dani”
“ Kamu kenapa sih ngatur-ngatur aku??? Dari dulu kamu nyusahin aku saja, kamu emang pengganggu  hidupku!!!!” bentakku terhadap Tejo karena aku kesal denganya.
Kemudian aku kemali ke kelas. Aku tidak tahu perasaanya yang penting dia tidak buat aku kesal lagi. Tak terasa bel pulang berbunyi. Aku segera pergi ke markas dan menunggu teman-temanku disana. Tak terasa pengumuman lomba akan di umumkan. Ternyata kelompokkulah yang menang juara pertama. Hatiku senang tak karuan. Aku bertingkah kegirangan tak karuan. Kemudian tiba-tiba Dani mendekatiku.
                “ Selamat ya... usahamu kemarin bagus, aku suka dengan usahamu kemarin” puji dia dengan wajah yang lembut. Akupun tersenyum dan senang sekali rasanya, tidak biasanya dia memujiku. Kemudian tiba-tiba  Dani mengajakku pulang bareng.  Sungguh senang hatiku rasanya bisa pulang bareng dengan orang yang aku sukai.
Keesokan harinya, saat istirahat aku melihat Dani sedang ngobrol dengan Rina. Rina adalah temanku pramuka. Aku melihat Dani ngobrol serius dengan Rina. Aku semakin penasaran dengan mereka.
                tiba-tiba bel masuk berbunyi,  saatnya aku masuk ke kelas untuk menerima pelajaran. Aku terus memikirkan kejadian tadi. Aku semakin penasaran dengan mereka berdua. Tak terasa bel pulang berbunyi. Aku segera mengemasi bukuku kemudian pergi ke parkiran. saat menuju ke parkiran aku melihat Dani sedang sendirian dudukdi depan kantin. Aku mencoba menghampirinya, tetapi tiba-tiba ada suara triakan memanggilku.
                “Opi!!!, tunggu aku” ternyata yang memanggilku adalah Tejo.
                “Ada apa sih???” tanyaku.
                “ Aku pinjam buku biologi kamu ya, punyaku hilang”.
                “ Enggak bisa! Alasan saja, kamu mau nyontek kan???”
                “ Suwer bukuku hilang, plis aku pinjam bukumu ya”
                “ Nggak bisa! Nggak bisa ya nggak bisa! Nyusahin aku saja kamu” bentakku, kemudian aku melanjutkan pergi ke parkiran.
Ketika sampai di jalan, aku melihat Dani sedang ngobrol serius dengan Rina di troroar. Aku penasaran dengan mereka sampai-sampai aku tidak fokus dengan jalan raya. Hatiku tiba-tiba aneh, rasa sakit dan cemburu menjadi satu.
“Tin...!!!”, tiba-tiba ada suara bel mobil yang terdengar keras. Aku tersadar  aku sedang ada di tengah jalan.
                “ Opi awas!!!”, triak Tejo. Seketika dia langsung mendorongku ke pinggir jalan. Tetapi dia tidak bisa menyelamatkan diri. Dia tertabrak mobil lalu pinsan.
“ Tejo kamu tidak apa-apa? Tejo bangun” pintaku sambil menangis. Kemudian aku meminta warga untuk segera di bawa ke RSUD. Sampai di sana dia langsung di bawa ke UGD. Aku setia menunggunya di depan UGD sampai ada dokter yang keluar. Aku sudah lama menunggu sampai aku tertidur. Tiga jam kemudian ada dokter keluar dari UGD.
“ Dok bagaimana keadaan teman saya?”
                “ Sekarang ini teman anda masih belum sadar, dia mengalami luka-luka dan sekarang ini dia masih pinsan”. Kemudian aku masuk ke kamarnya ingin melihat keadaannya. Aku hanya bisa menangis dan menyesal. Ternyata di balik semua ini Tejo masih punya rasa kemanusiaan denganku. Aku terus menunggu dia sadar sampai-sampai aku ketiduran.
                “ Opi!” aku terbangun mendengar suara itu. Ternyata Tejo yang memanggilku.
                “Ada apa? Kamu sudah sadar? Maafkan aku, semua ini aku yang salah”
                “ Kamu nggak salah Opi, kamu baik-baik saja kan? “
                “ Aku baik-baik saja, aku menyesal hingga membuatmu seperti ini, maafkan semua sifatku yang buruk padamu, semuanya salahku. Cepat sembuh ya, teman-temanmu sudah menunggumu.” Pintaku. Tidak lama kemudian keluarga Tejo datang.


Seminggu kemudian Tejo masik sekolah kembali. Namun kali ini dia tampil beda.
                “ Minggir ada orang ganteng lewat” kata Tejo berpose dengan gaya ala Maroon5 sambil mengoyang-goyangkan kacamatanya.
                “ Wah... sudah sembuh nih” kataku dengan tersenyum
                “ Iya dong, gua kan superman”
                “ Iya deh, aku nurut” kataku.
                Aku sangat bersyukur Tejo dudah sembuh dari kecelakaan. Selain itu dia juga sudah memaafkan semua kesalahanku. Saatnya aku yang mengubah sifatku kepadanya. Sekarang aku dan Tejo berteman akrab.                               





Komentar