Kisah Inspiratif- Harapan Saudagar Kikir

Priman adalah saudagar kaya yang kikir dan sombong. Beliau memiliki harta yang banya dan berlimpah. Sedangkan Marwan adalah petani yang sangat sederhana dan murah hati. Dia tidak segan-segan memberikan hartanya kepada orang yang lebih membutuhkan meskipun dirinya sendiri miskin.
            Suatu hari Priman sedang mengalami sakit keras, dia menderita penyakit langka dan belum ada obatnya. Hingga akhirnya penyakitnya tidak kunjung sembuh hingga dua tahun lamanya. Dia dirawat di rumah sakit dan hanya bisa berbaring di ranjang putih. Dia bagaikan hidup sebatang kara,  tetangga-tetangganya tidak ada yang mau menjenguknya, bahkan tidak satupun keluarganya yang mau menjenguknya .
            Suatu ketika Marwan datang ke rumah sakit untuk menjenguk Priman. Dia membawakan sebungkus roti isi kacang yamg kecil dan dua buah apel untuknya. Namun kedatangan Marwan ditolak oleh Priman, karena Priman telah mengira Marwan telah mensantet beliau hingga penyakitnya sampai sekarang ini tidak kunjung sembuh. Priman mengusir Marwan dan melempar buah apel dari Marwan hingga mengenai mukanya.  Marwan hanya bisa bersedih dan berusaha berbicara baik-baik kepada Priman.  Dia berusaha menjelaskan kepada Priman dengah sabar dan halus,  
“Engkau telah di uji oleh Tuhan, Tuhan telah memberika rizky berlimpah kepadamu supaya kamu mau bersedekah, bersedekah juga sangatlah bermanfaat demi keselamatan hidupmu, mungkin dengan jalan itulah penyakitmu  bisa disembuhkan,” kata Marwan dengan penuh harapan. Mendengar nasihat tersebut Priman menangis dengan penuh penyesalan. Dia berterima kasih dan meminta maaf kepada Marwan.
Kemudia Priman berpesan kepada Marwan supaya menjual rumahnya kemudian hasil dari penjualan tersebut seluruhnya diberikan kepada panti asuhan dan fakir miskin. Mendengar permintaan tersebut Priman terkejut karena rumah satu-satunya milik Priman dijual. Dengan penuh harapan akhirnya permintaan Priman dikabulkan.
            Dua hari kemudian Priman sembuh dari penyakitnya dan diperbolehkan pulang. Namun dia bingung harus pulang kemana karena rumahnya telah dia jual. Akhirnya Priman pergi kerumah Marwan. Sampai dirumah Marwan, Marwan langsung menawarkan tinggal serumah denganya. Priman sangat prihatin dengan keadaan rumahya yang sudah rapuh dan sudah seharusnya tidak layak dihuni. Mau tidak mau dia harus mau menerima tawaanya karena dia sudah tidak mempunyai tempat tinggal lagi.

            Berberapa hari kemudian Marwan berkeinginan untuk menyuruh Priman menjenguk orang tuanya dari pada hanya menggangur dirumah. Awalnya Priman menolak kkarena dulu dia pernah durhaka kepada orang tuanya, namun karena bujukan Marwan akhirnya Priman mau menjenguk orang tuanya. Keesokan harinya ketika Priman bersiap-siap mau pergi menjenguk orang tuanya, tiba-tiba terdengar salam yang yang suaranya tidak asing di telinganya. Dia lihat dari jendela ternyata orang tuanya Priman yang datang. Priman langsung membukakan pintu untuk orang tuanya. Seketika dia langsung bersujud dihadapan orang tuanya dan meminta maaf. Orang tuanya memaafkan kesalahan Priman. 

Komentar